Journalist Harian Liputan 6 |
Padahal dukungan buruh diberikan saat itu, karena Anies-Sandi berjanji dan menandatangani kontrak politik, yang salah satu poinnya adalah dalam menetapkan UMP DKI Jakarta, nilainya lebih tinggi dari PP nomor 78 tahun 2015.
"Organisasi buruh ini nggak ku kira dia kena beruang madu. Beruang kalau dikasih madu di hidungnya tapi nggak dapat-dapat," kata Ruhut, Jumat (3/11/2017).
Atas kejadian ini, Ruhut mengingatkan agar ke depan dalam memilih pemimpin, harus benar-benar yang dapat dipercaya sehingga tidak menyesal di kemudian hari, seperti yang dialami para buruh ibukota.
"Mereka (buruh) yang milih, sekarang (Anies) ingkar janji, jadi mau bilang apa, jadi gimana? Karena itu jangan memilih karena diiming-iming. Nasi sudah menjadi bubur, lu dibohongi!" ujar mantan juru bicara Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok-Djarot Saiful Hidayat di Pilkada DKI 2017 itu.
Sebelumnya, pada Rabu (1/11/2017), Anies menetapkan UMP DKI Jakarta 2018 sebesar Rp3,6 juta per bulan, sesuai usulan pengusaha dan pemerintah melalui dewan pengupahan, berdasarkan PP Nomor 78 tahun 2015. Angka tersebut lebih rendah dari tuntutan buruh yang menginginkan UMP sebesar Rp3,9 juta.
Judi Online Terpercaya - Karena keputusan tak sesuai dan Anies-Sandi dianggap mengingkari janji saat kampanye, maka Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal memutuskan atas nama buruh Jakarta, untuk mencabut dukungan kepada Anies-Sandi.
"Dengan demikian, mulai 1 Nopember 2017 buruh Jakarta menyatakan mencabut dukungan dan berpisah (mufarokah) dengan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur, karena mereka telah berbohong dan ingkar janji terhadap buruh. Pemimpin dipegang janjinya," tegas Said Iqbal dalam siaran persnya, Kamis (2/11/2017).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar